JMI.Com - Jumat, 17/11/2017 12:53 WIB
Jakarta, JMI.Com - Nilai tukar rupiah dalam transaksi antarbank di Jakarta pada Jumat pagi bergerak naik 40 poin menjadi Rp13.499 per dolar AS.
Analis Binaarta Sekuritas Reza Priyambada mengatakan pelaku pasar keuangan dalam negeri merespons positif hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia yang memutuskan untuk mempertahankan BI 7-day Reverse Repo Rate sebesar 4,25 persen, menilai langkah itu bisa menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.
"Keputusan RDG-BI itu dinilai dapat menjaga stabilisasi nilai tukar sesuai nilai fundamental ekonomi nasional di tengah meningkatnya ekspektasi kenaikan suku bunga AS," katanya.
Selain itu, menurut dia, apresiasi rupiah juga dipicu oleh ketidakjelasan program reformasi perpajakan Amerika Serikat (AS), yang membuat pelaku pasar menghindari aset-aset berdenominasi dolar AS dan melakukan bargain hunting pada aset-aset di negara berkembang yang ekonominya dianggap stabil.
Harga minyak mentah dunia yang stabil di atas level 50 dolar AS per barel, ia menjelaskan, juga ikut menopang pergerakan mata uang berbasis komoditas seperti rupiah. Harga minyak jenis WTI Crude berada di level 55,31 dolar AS per barel dan Brent Crude di posisi 61,21 dolar AS per barel hari ini.
Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra memperkirakan apresiasi nilai tukar rupiah relatif terbatas, antara lain karena efek pernyataan salah satu pejabat The Fed yang merasa inflasi di AS cenderung meningkat.
"Inflasi Amerika Serikat yang membaik akan memberikan jalan bagi The Fed untuk melanjutkan proses kenaikan suku bunga pada Desember nanti dan 2018 secara bertahap," katanya.
Antara/Red
Ilustrasi. |
Analis Binaarta Sekuritas Reza Priyambada mengatakan pelaku pasar keuangan dalam negeri merespons positif hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia yang memutuskan untuk mempertahankan BI 7-day Reverse Repo Rate sebesar 4,25 persen, menilai langkah itu bisa menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.
"Keputusan RDG-BI itu dinilai dapat menjaga stabilisasi nilai tukar sesuai nilai fundamental ekonomi nasional di tengah meningkatnya ekspektasi kenaikan suku bunga AS," katanya.
Selain itu, menurut dia, apresiasi rupiah juga dipicu oleh ketidakjelasan program reformasi perpajakan Amerika Serikat (AS), yang membuat pelaku pasar menghindari aset-aset berdenominasi dolar AS dan melakukan bargain hunting pada aset-aset di negara berkembang yang ekonominya dianggap stabil.
Harga minyak mentah dunia yang stabil di atas level 50 dolar AS per barel, ia menjelaskan, juga ikut menopang pergerakan mata uang berbasis komoditas seperti rupiah. Harga minyak jenis WTI Crude berada di level 55,31 dolar AS per barel dan Brent Crude di posisi 61,21 dolar AS per barel hari ini.
Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra memperkirakan apresiasi nilai tukar rupiah relatif terbatas, antara lain karena efek pernyataan salah satu pejabat The Fed yang merasa inflasi di AS cenderung meningkat.
"Inflasi Amerika Serikat yang membaik akan memberikan jalan bagi The Fed untuk melanjutkan proses kenaikan suku bunga pada Desember nanti dan 2018 secara bertahap," katanya.
Antara/Red
0 komentar :
Posting Komentar