Ilustrasi |
Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada di Jakarta, mengatakan bahwa nilai tukar rupiah mendapatkan momentum penguatan terhadap dolar AS seiring belum adanya kepastian kebijakan pemangkasan pajak di Amerika Serikat.
"Laju dolar AS cenderung melemah seiring kekhawatiran akan tidak tercapainya kesepakatan program reformasi perpajakan AS," katanya.
Ia menuturkan, pelemahan dolar AS juga dipicu harga minyak mentah dunia yang meningkat menyusul konflik geopolitik di Timur Tengah.
Harga minyak jenis WTI Crude pada Kamis (9/11) menguat 0,19 persen ke level 56,92 dolar AS per barel, dan Brent Crude naik 0,28 persen menjadi 63,67 dolar AS per barel.
Dari dalam negeri, lanjut dia, pelaku pasar optimistis terhadap ekonomi Indonesia yang masih akan terus tumbuh meski dibayangi kondisi global yang bervariasi.
Analis PT Platon Niaga Berjangka Lukman Leong menambahkan, pergerakan rupiah relatif terbatas di tengah penantian pelaku pasar keuangan terhadap pidato Janet Yellen pada pekan ini mengenai sinyal kenaikan suku bunga di akhir tahun ini dan 2018.
"Pelaku pasar akan mencerna kebijakan The Fed selanjutnya. Kondisi itu dapat membuat pelaku pasar mengambil posisi wait and see," katanya.
Antara/Red
0 komentar :
Posting Komentar