Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di
Jakarta, Senin pagi, bergerak melemah sebesar 11 poin menjadi Rp13.509
dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp13.498 per dolar Amerika Serikat
(AS).
|
"Dolar AS terapresiasi terhadap sejumlah mata uang dunia setelah serangkaian data ekonomi Amerika Serikat yang mendukung bank sentral AS (The Fed) menaikkan suku bunganya pada Desember nanti," kata Kepala Riset Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra di Jakarta, Senin.
Ia mengemukakan bahwa data pekerjaan non pertanian Amerika Serikat meningkat sebesar 261.000 pada Oktober, dan tingkat pengangguran Amerika Serikat mengalami penurunan menjadi 4,1 persen.
Di sisi lain, lanjut dia, dipilihnya Jerome Powell sebagai sosok yang dinominasikan Presiden AS Donald Trump untuk meneruskan kepemimpinan Janet Yellen di Federal Reserve juga disambut positif pasar.
"Sikap hati-hati Yellen dalam menerapkan kebijakan moneter di AS akan diteruskan Powell yang saat ini juga merupakan pejabat The Fed. Dalam pernyataannya Powell akan tetap menaikkan suku bunga seperti kecenderungan Fed saat ini," katanya.
Sementara itu, Analis Danareksa Sekuritas Lucky Bayu Purnomo mengatakan bahwa harga minyak mentah dunia yang bertahan di atas level psikologis 50 dolar AS per barel akan menjaga fluktuasi rupiah untuk tidak tertekan lebih dalam.
"Harga minyak mentah yang stabil akan menjaga mata uang berbasis komoditas seperti rupiah," katanya.
Harga minyak jenis WTI Crude pada Senin (6/11) ini terpantau menguat 0,20 persen ke level 55,75 dolar AS per barel, dan Brent Crude naik 0,24 persen menjadi 62,22 dolar AS per barel.
Ant/Red
0 komentar :
Posting Komentar