JMI.Com - Rabu, 22/11/2017 13:55 WIB
Yogyakarta, JMI.Com - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (MBKG) Yogyakarta memparakirakan musim hujan di Daerah Istimewa Yogyakarta mencapai puncak pada Januari 2018.
"Pada November rata-rata curah hujan antara 40-70 milimeter per hari, untuk puncaknya diprediksi terjadi pada Januari hingga Februari 2018," kata Kepala Kelompok Operasional Stasiun Klimatologi BMKG Yogyakarta Joko Budiono di Yogyakarta, Rabu.
Joko mengatakan pada musim hujan saat ini kecepatan angin maksimum di DI Yogyakarta bisa mencapai 30 kilometer per jam dengan suhu udara berkisar 21-32 derajat C dan kelembaban 70 sampai 95 persen.
Saat puncak musim hujan pada Januari 2018, curah hujan dapat mencapai 50 milimeter (mm) lebih per hari atau 400 hingga 550 milimeter per bulan.
Dalam sepuluh hari terakhir, Joko menjelaskan, di wilayah Kabupaten Sleman dan Kulon Progo bagian utara hujan rata-rata per dasarian mencapai kategori tinggi yakni 150-250 mm per dasarian, Bantul bagian utara dan Kota Yogyakarta berkisar 100-200 mm, dan Gunung Kidul sekitar 75-150 mm per dasarian.
"Hasil monitoring dan analisa data terlihat di semua wilayah DIY sudah masuk dalam musim hujan," kata dia.
Ia mengatakan hujan lebat yang disertai petir, angin kencang dalam dua hingga tiga hari ke depan berpotensi terjadi di wilayah DI Yogyakarta, terutama bagian utara dan tengah seperti Sleman, Kulon Progo bagian utara, Kota Yogyakarta, Bantul bagian utara serta Gunung Kidul bagian utara.
Ia mengimbau masyarakat mewaspadai potensi bencana seperti bahaya banjir dan longsor, terutama yang tinggal di dataran tinggi, serta tinggi gelombang di laut selatan Yogyakarta yang saat ini dalam tingginya 2,5 sampai empat meter.
"Terutama yang tinggal di bantaran sungai agar tidak membuang sampah di sungai serta membersihkan drainase, menebang pohon yang tua dan cabang yang sudah rapuh, dan mematikan alat-alat elektronik bila dirasa petir muncul," kata dia.
Sebelumnya, Kepala Bidang Operasional Tim Reaksi Cepat Badan Penanggulangan Bencana Daerah DI Yogyakarta Endro Sambodjo mengatakan telah menggandeng para relawan dan komunitas untuk membangun sistem peringatan dini secara mandiri guna menurunkan risiko bencana selama musim hujan.
Menurut dia, saat ini kerawanan bencana tinggi, khususnya longsor, ada di wilayah kecamatan seperti Kecamatan Samigaluh, Kokap, Kalibawang, serta Girimulyo di Kulon Progo, Kecamatan Gedangsari di Gunung Kidul, Kecamatan Imogiri di Bantul, dan Kecamatan Prambanan di Sleman.
"Sedangkan di Kota Yogyakarta lebih dominan bencana banjir atau luapan air," kata dia.
Antara/Red
Keraton Yogyakart |
"Pada November rata-rata curah hujan antara 40-70 milimeter per hari, untuk puncaknya diprediksi terjadi pada Januari hingga Februari 2018," kata Kepala Kelompok Operasional Stasiun Klimatologi BMKG Yogyakarta Joko Budiono di Yogyakarta, Rabu.
Joko mengatakan pada musim hujan saat ini kecepatan angin maksimum di DI Yogyakarta bisa mencapai 30 kilometer per jam dengan suhu udara berkisar 21-32 derajat C dan kelembaban 70 sampai 95 persen.
Saat puncak musim hujan pada Januari 2018, curah hujan dapat mencapai 50 milimeter (mm) lebih per hari atau 400 hingga 550 milimeter per bulan.
Dalam sepuluh hari terakhir, Joko menjelaskan, di wilayah Kabupaten Sleman dan Kulon Progo bagian utara hujan rata-rata per dasarian mencapai kategori tinggi yakni 150-250 mm per dasarian, Bantul bagian utara dan Kota Yogyakarta berkisar 100-200 mm, dan Gunung Kidul sekitar 75-150 mm per dasarian.
"Hasil monitoring dan analisa data terlihat di semua wilayah DIY sudah masuk dalam musim hujan," kata dia.
Ia mengatakan hujan lebat yang disertai petir, angin kencang dalam dua hingga tiga hari ke depan berpotensi terjadi di wilayah DI Yogyakarta, terutama bagian utara dan tengah seperti Sleman, Kulon Progo bagian utara, Kota Yogyakarta, Bantul bagian utara serta Gunung Kidul bagian utara.
Ia mengimbau masyarakat mewaspadai potensi bencana seperti bahaya banjir dan longsor, terutama yang tinggal di dataran tinggi, serta tinggi gelombang di laut selatan Yogyakarta yang saat ini dalam tingginya 2,5 sampai empat meter.
"Terutama yang tinggal di bantaran sungai agar tidak membuang sampah di sungai serta membersihkan drainase, menebang pohon yang tua dan cabang yang sudah rapuh, dan mematikan alat-alat elektronik bila dirasa petir muncul," kata dia.
Sebelumnya, Kepala Bidang Operasional Tim Reaksi Cepat Badan Penanggulangan Bencana Daerah DI Yogyakarta Endro Sambodjo mengatakan telah menggandeng para relawan dan komunitas untuk membangun sistem peringatan dini secara mandiri guna menurunkan risiko bencana selama musim hujan.
Menurut dia, saat ini kerawanan bencana tinggi, khususnya longsor, ada di wilayah kecamatan seperti Kecamatan Samigaluh, Kokap, Kalibawang, serta Girimulyo di Kulon Progo, Kecamatan Gedangsari di Gunung Kidul, Kecamatan Imogiri di Bantul, dan Kecamatan Prambanan di Sleman.
"Sedangkan di Kota Yogyakarta lebih dominan bencana banjir atau luapan air," kata dia.
Antara/Red
0 komentar :
Posting Komentar