JMI.Com - Senin, 20/11/2017 10:03 WIB
"Puluhan Orang Terpaksa Mengungsi"
Morotai-Malut, JMI.Com - Gempa Bumi berkekuatan 5,8 Skala Rikter (SR), Minggu (19/11) dini hari, guncang Kabupaten Pulau Morotai.
Berdasarkan data di situs Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), gempa bumi tersebut terjadi pukul 01.07 WIT.
Sedangkan lokasi gempa di 2.61 LU - 128.17 BT atau 37 km Barat Laut Pulau Morotai tepatnya 10 KM di bawah laut pulau Rao Kecamatan Morotai Selatan Barat (Morselbar). Namun, gempa berkekuatan 5,8 tersebut tidak berpotensi tsunami.
Hanya saja, walau tidak berpotensi tsunami, namun, gempa itu mengakibatkan puluhan rumah rusak ringan dan berat. Bahkan, membuat geger warga sehingga harus berhamburan keluar rumah, bahkan hingga kini, puluhan warga harus lagi kegunung dan mendirikan tenda pengungsian.
Berdasarkan data yang dihimpun koran ini, gempa bumi terjadi pada pukul 01.07 itu membuat warga di dua desa yakni desa Posi Posi Rao dan Leleo Jaya terpaksa mengamankan diri mengungsi ke gunung dan mendirikan tenda darurat.
"Sebagian besar masyarakat Pulau rao masih mengungsi ke kebun (dataran tinggi) dan mendirikan tenda-tenda, tapi sebagian masih menetap di desa, mereka takut turun karena jangan sampai gempa susulan lagi, ada juga rumah yang rusak parah," ungkap Frans Mansa Sekretaris Desa Posi Posi Rao melalui sambungan telpon.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pulau Morotai, Dalik Gafur ketika dikonfirmasi melalui handpone. Delik mengaku saat ini masih berada di pulau Rao bersama dengan masyarakat korban gempa.
Menurutnya, Pemda Morotai melalui instansi teknis telah melakukan penanganan terhadap korban bencana, diantaranya dengan memberikan suplai makanan dan minuman termasuk air bersih.
"Gempanya minggu dini hari, jadi paginya kami bersama Dinkes dan PU langsung turun ke lokasi, kami beri makanan dan air bersih, saat ini kami lagi di gunung loe Leo jaya karena ada masyarakat yang bangun tenda darurat, sebagian masyarakat masih takut ada gempa susulan jadi bertahan di gunung, sebagian tetap di desa," katanya.
Karena masih berada di lokasi bencana, maka, Dirinya belum berani membuka lebih jauh soal jumlah kerusakan materil maupun yang lainnya. Hal ini karena, proses pendataan terhadap dampak gempa masih terus dilakukan.
"Memang ada bangunan rumah yang rusak, tapi saya belum bisa sampaikan karena proses pendataannya belum selesai. Kalau bisa nanti besok baru saya sampaikan. Saya harus koordinasi dulu dengan PU dan Dinkes, jangan sampai data kita beda-beda, karena mereka saat ini juga masih turun data," kata Gafur.
Untuk diketahui, gempa tersebut tidak hanya dirasakan oleh masyarakat yang berada di pulau Rao, melainkan di pulau besar yang ada di Morotai."gempa itu bukan hanya 1 kali, melainkan 2 kali, setelah gempa pertama, kami tidak tidur dan selalu berjaga jaga, masyarakat banyak keluar di jalan, karena takut jangan sampai rumah roboh," cerita Jalil Latif, warga Daruba
Namun, begitu, masyarakat yang ada di ibu kota kabupaten maupun di desa desa yang lain tidak mengungsi. "Kami tidak seperti desa posi-posi rao dan sekitarnya.”
Oje/Red
Warga di tempat pengungsian. |
Morotai-Malut, JMI.Com - Gempa Bumi berkekuatan 5,8 Skala Rikter (SR), Minggu (19/11) dini hari, guncang Kabupaten Pulau Morotai.
Berdasarkan data di situs Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), gempa bumi tersebut terjadi pukul 01.07 WIT.
Sedangkan lokasi gempa di 2.61 LU - 128.17 BT atau 37 km Barat Laut Pulau Morotai tepatnya 10 KM di bawah laut pulau Rao Kecamatan Morotai Selatan Barat (Morselbar). Namun, gempa berkekuatan 5,8 tersebut tidak berpotensi tsunami.
Hanya saja, walau tidak berpotensi tsunami, namun, gempa itu mengakibatkan puluhan rumah rusak ringan dan berat. Bahkan, membuat geger warga sehingga harus berhamburan keluar rumah, bahkan hingga kini, puluhan warga harus lagi kegunung dan mendirikan tenda pengungsian.
Berdasarkan data yang dihimpun koran ini, gempa bumi terjadi pada pukul 01.07 itu membuat warga di dua desa yakni desa Posi Posi Rao dan Leleo Jaya terpaksa mengamankan diri mengungsi ke gunung dan mendirikan tenda darurat.
"Sebagian besar masyarakat Pulau rao masih mengungsi ke kebun (dataran tinggi) dan mendirikan tenda-tenda, tapi sebagian masih menetap di desa, mereka takut turun karena jangan sampai gempa susulan lagi, ada juga rumah yang rusak parah," ungkap Frans Mansa Sekretaris Desa Posi Posi Rao melalui sambungan telpon.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pulau Morotai, Dalik Gafur ketika dikonfirmasi melalui handpone. Delik mengaku saat ini masih berada di pulau Rao bersama dengan masyarakat korban gempa.
Menurutnya, Pemda Morotai melalui instansi teknis telah melakukan penanganan terhadap korban bencana, diantaranya dengan memberikan suplai makanan dan minuman termasuk air bersih.
"Gempanya minggu dini hari, jadi paginya kami bersama Dinkes dan PU langsung turun ke lokasi, kami beri makanan dan air bersih, saat ini kami lagi di gunung loe Leo jaya karena ada masyarakat yang bangun tenda darurat, sebagian masyarakat masih takut ada gempa susulan jadi bertahan di gunung, sebagian tetap di desa," katanya.
Karena masih berada di lokasi bencana, maka, Dirinya belum berani membuka lebih jauh soal jumlah kerusakan materil maupun yang lainnya. Hal ini karena, proses pendataan terhadap dampak gempa masih terus dilakukan.
"Memang ada bangunan rumah yang rusak, tapi saya belum bisa sampaikan karena proses pendataannya belum selesai. Kalau bisa nanti besok baru saya sampaikan. Saya harus koordinasi dulu dengan PU dan Dinkes, jangan sampai data kita beda-beda, karena mereka saat ini juga masih turun data," kata Gafur.
Untuk diketahui, gempa tersebut tidak hanya dirasakan oleh masyarakat yang berada di pulau Rao, melainkan di pulau besar yang ada di Morotai."gempa itu bukan hanya 1 kali, melainkan 2 kali, setelah gempa pertama, kami tidak tidur dan selalu berjaga jaga, masyarakat banyak keluar di jalan, karena takut jangan sampai rumah roboh," cerita Jalil Latif, warga Daruba
Namun, begitu, masyarakat yang ada di ibu kota kabupaten maupun di desa desa yang lain tidak mengungsi. "Kami tidak seperti desa posi-posi rao dan sekitarnya.”
Oje/Red
0 komentar :
Posting Komentar