WWW.JURNAL MEDIA INDONESIA.COM

Sisa Pemberontakan Ahoker

Ilustrasi
Jakarta, JMI.Com - Pasca Anies-Sandi dilantik, polarisasi Jakarta memasuki fase interbellum atau interwar period. Masa transisi. Mestinya, fase ini masuk kategori periode post war. Tapi belum tuntas.

Sebabnya, Ahoker sisa-sisa masih merilis agenda serangan. They are sick in the head.

Fase interbellum ini flexible. Dinasti Qing butuh 65 tahun menumpas seluruh sisa-sisa kekuatan Dinasti Ming. Sejak Nurhaci menyatakan perang (tahun 1618), naik tahta di Beijing (1644), sampai Kaisar Kangxi menumpas Zheng Keshuang (cucu Koxinga) di Taiwan tahun 1683.

"Perang Jakarta" dimulai tanggal 23/09/2016. Saat Anies-Sandi resmi diusung Partai Gerindra dan PKS. Jakarta direbut tanggal 19 April 2017.

Ahoker kocar-kacir. Para bandit kehilangan proyek. Buzzer dan hoaxer enggak lagi dapet jatah nasi bungkus. Saldo pulsa mereka semakin kritis. Order sebar fitnah menurun tajam. Para bandar mencoba jilat-jilat Anies-Sandi. Segelintir cyber hantu merilis gerakan "Tolak Move-on". Mereka bersumpah jegal Anies-Sandi. At least, Social Media War masih akan berlangsung.

Hersubeno Arief menganalisa Anies-Sandi akan diganggu dari empat arah: Pusat, Internal Pemda, DPRD dan kriminalisasi.

Jarot merotasi 174 pejabat di eselon II , III dan IV Pemprov. Artinya, Anies-Sandi diharuskan bekerja dengan tim rezim lama. Jarot juga tidak mengakomodir program kerja Anies-Sandi dalam APBD 2018. Alhasil, Program Rumah Rakyat DP Nol Rupiah baru bisa dieksekusi di tahun kedua.

Sampai H-1 Pelantikan (16/10), Sosial Media Ahoker (the danger of fasisme sekuler) menggoreng masalah ini.

Saya tidak tahu sampai di mana akurasi analisa Harsubeno Arief. Ada tidaknya skenario jahat macam itu, saya kira Anies-Sandi mesti mengkonsolidasi kekuatan.
"Gerakan Massa" adalah kuncinya. Modalitas dedikasi ratusan organ relawan harus dirawat dan diperkuat. Dengan budget minim, mereka sanggup menumbangkan Badja dua digit.

Kordinasi dimensi nyata dan cyber adalah bagian dari "multipoint action" dalam rangka "clean up corruption", menyatukan warga, mengeliminasi polarisasi Jakarta, melindungi kaum buruh, "restore security" dan etika sosmed.

Anies-Sandi mesti menyelesaikan skandal Sumber Waras, Pembelian Tanah Milik Sendiri di Cengkareng Barat, Indikasi korupsi 18 Puskemas yang diresmikan Jarot, di samping membenahi problem pemiskinan sistemik sebagai hasil dari penggusuran Ahok.

To stay secure, selain re-organisasi relawan, saya kira Anies-Sandi perlu mengembangkan kapabilitas defensif dan ofensif sebagai counter measurement social media warfare attacks. Pemetaan strategi unconventional cyber warfare membutuhkan waktu, pengalaman, political instink plus planning dan dedikasi.

Saya optimis Anies-Sandi akan sanggup mengeliminasi sisa-sisa pemberontakan Ahoker yang malang itu. It's only a matter of time.

Share on Google Plus

0 komentar :

Posting Komentar

Berita Terkini

Peringatan Hari Santri 2024, Tingkat Kabupaten Subang Bertempat di Alun-alun Subang

Subang, JMI  - Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Subang, H. Asep Nuroni, S.Sos., M.Si., didampingi oleh Ketua Dharma Wanita Pe...