Ilustrasi |
Analis Monex Investindo Futures, Putu Agus di Jakarta, mengatakan bahwa probabilitas kenaikan suku bunga di Amerika Serikat pada Desember 2017 yang lebih dari 80 persen menjadi salah satu faktor utama yang mendorong dolar AS menguat.
"Dolar AS sedang dalam tren menguat sejak akhir pekan lalu didukung pernyataan ketua The Fed Janet Yellen yang membuka peluang kenaikan bunga pada akhir tahun ini," katanya.
Ia menambahkan bahwa pernyataan Presiden AS Donald Trump mengenai rencana pemotongan pajak perusahaan di Amerika Serikat juga turut memberi sentimen positif bagi dolar AS.
Selain itu, lanjut dia, data final produk domestik bruto (PDB) Amerika Serikat kuartal kedua yang mengalami kenaikan menjadi 3,1 persen, dari sebelumnya 3,0 persen turut menjadi pendorong dolar AS.
Sementara itu, Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada mengatakan, perkiraan inflasi September 2017 yang masih terkendali akan menahan tekanan rupiah lebih dalam terhadap dolar.
"Fluktuasi rupiah relatif masih stabil seiring penilaian Bank Indonesia bahwa inflasi September akan tetap terjaga dan kemungkinan akan kembali mengalami deflasi karena penurunan sejumlah harga bahan pangan," katanya.
Adanya pandangan itu, lanjut dia, dapat berimbas positif pada laju nilai tukar rupiah terhadap di pasar valas. Ditambah dengan fundamental ekonomi nasional yang kuat, maka akan menjaga pergerakan rupiah untuk jangka panjang.
ANT/RED
0 komentar :
Posting Komentar