Ilustrasi kerusakan sampai dengan Tahun 2010 |
Enam juta hektare hutan kemungkinan akan mengalami deforestasi selama periode lima tahun berikutnya dari...
JURNALMEDIAIndonesia.com - Borneo memiliki salah satu hamparan hutan hujan terakhir di dunia. Faktanya, kini Borneo berada dalam bahaya karena tingkat deforestasi atau penebangan pohon komersial.
Hal itu terungkap dalam laporan Environmental Status of Borneo 2016 yang dipublikasikan oleh WWF Indonesia-Malaysia. Laporan tersebut menjelaskan, secara perlahan Borneo kehilangan ekosistem utama yang sangat penting bagi kelangsungan jangka panjang.
Berdasarkan laporan tersebut, demikian dikutip dari wwf.or.id, sekitar 74 juta hektare (ha) tutupan hutan secara keseluruhan menurun menjadi 55 persen pada 2015. Di daerah hutan tertutup, fragmentasi tersebar luas dengan deforestasi terus meningkat.
Dalam skenario business-as-usual (BAU) atau bisnis seperti biasa, diprediksi bahwa Borneo bisa kehilangan 75 persen hutannya pada 2020.
Menurut proyeksi tersebut, jika tingkat deforestasi 2005-2015 terus berlanjut, dalam skenario BAU, 6 juta ha hutan lainnya kemungkinan akan mengalami deforestasi selama periode lima tahun berikutnya dari 2015 dan 2020.
Terkait hal itu, Benja V Mambai selaku PLT CEO WWF-Indonesia menegaskan, sangat penting memiliki gambaran jelas dan menyeluruh mengenati status hutan Kalimantan saat ini dan sebelumnya. Tujuannya untuk mengetahui adanya perubahan kondisi ekologis.
"Hal itu juga akan membantu kami dalam membantu serta merencanakan usaha masa depan lebih baik. Dia berharap hasil analisis itu, akan membantu pihak berwenang dan pemangku kepentingan untuk mengambil langkah efektif, untuk mengatasi keadaan lingkungan yang menurun," jelasnya.
Untuk diketahui, Pulau Borneo merupakan rumah bagi beragam spesies tumbuhan dan hewan. Pulau itu memiliki kekayaan sumber daya alam yang luar biasa untuk keberlangsungan hidup 11 juta orang.
Termasuk satu juta Masyarakat Adat yang tinggal di kawasan Heart of Borneo (HoB) atau biasa disebut Jantung Borneo, karena telah mengelola kekayaan alamnya secara lestari selama berabad-abad.
ITA/JMI/RED
0 komentar :
Posting Komentar