Suasan Ponpes Assa`adah |
Cukup anak saya saja yang merasakan di pondok itu, jangan sampai dirasakan orang lain, mau mandi susah, makannya cuma tahu tempe, minum juga susah, kalau sakit tak tanggung jawab didiamkan saja, coba bayangkan pesantren apa kaya gitu makanya saya mau keluarkan anak saya dari pondok untuk bersekolah di SMA saja Tambahnya kesal.
Senada disampaikan H (tak mau disebutkan namanya.red) “Jangan-jangan mereka buka pesantren cuma kedok doang, sama anak santrinya ga peduli, dulu waktu terjadi kesurupan masal yang punya pondok sama sekali ga mau turun untuk membantu, malah anak anak disuruh pulang kerumah masing masing," geram perempuan yang kecewa atas pendidikan yang diterima anaknya selama di pondok pesantren.
Sementara pimpinan pondok pesantren yang akrab disapa Abah Ghozali menyayangkan sikap para orangtua yang sebagian besar tak memahami system KBM (kegiatan belajar mengajar.red) yang diterapkan pondok pesantren yang sebenarnya para orangtua menyetujui saat mendaftarkan putra-putrinya.
“Kami tidak menahan santri untuk keluar dari pondok pesantren, sistem KBM di pondok pesantren ini adalah 6 tahun semestinya santri harus menamatkan secara keseluruhan, ibaratnya sampai tamat di pondok sehingga pendidikan yang diterima pun sesuai kurikulum dan KBM yang sudah ditetapkan,” ujar Abah Gozali.
“Jika saja saya tahu dari awal seperti ini, tentunya pondok pesantren tidak akan mau menerima calon santri yang hanya belajar sekedarnya saja, sementara ketetapan santri harus tamat 6 tahun baru kami bisa mengeluarkan surat keterangan lulusnya,” tandas Abah.
Lanjutnya, “Tapi, jika mereka memaksa kepada orangtua siswa, diharapkan silakan bicara dengan kepala sekolah, karena ini sudah keluar dari sistem yang diterapkan ponpes, kami ikhlaskan!” Pungkas Abah.
(MUHIDIN/RED)
0 komentar :
Posting Komentar