Tim pengajar dari Macquarie University saat berkunjung ke Indonesia. (ist) |
Kondisi tersebut sangat tidak menguntungkan bagi Indonesia yang saat ini tengah berupaya meningkatkan berbagai aplikasi online. Seperti kebijakan e-commerce yang terus digenjot oleh Presiden Joko Widodo.
Karena itu, Tim Beresford, Chief Operating Officer & Deputy Vice-Chancelor dari Macquarie University menilai pentingnya Indonesia memperkuat sumber daya manusia (SDM) dibidang keamanan siber.
“Dengan populasi yang tinggi, dimana angka penetrasi penggunaan internet terus meningkat, Indonesia data 2015 hanya memiliki 18 orang polisi yang menguasai keahlian keamanan siber. Bandingkan dengan China yang memiliki 18 ribu orang dan Korea yang juga sudah mencapai ribuan,” jelas Tim Beresford di sela media gathering Macquarie University.
Menurutnya jika Indonesia ingin memperkuat dominasi e-commerce, solusi paling baik adalah memperkuat SDM dibidang keamanan siber. Ini penting untuk memberikan rasa aman kepada masyarakat sehingga tingkat kepercayaan masyarakat juga tumbuh.
Menjawab potensi ancaman bidang siber, Macquarie University di Sydney, Australia menawarkan beasiswa kepada pelajar Indonesia untuk mendalami keahlian keamanan siber. Beasiswa senilai lebih dari Rp 15 miliar tersebut diperuntukkan bagi pendidikan tingkat sarjana hingga pasca sarjana.
Menyiapkan tenaga ahli dalam waktu singkat tidak mudah. Solusinya adalah pelatihan untuk meningkatkan skill karyawan,” lanjut Tim Beresford.
Diakui keamanan siber menjadi salah satu prioritas Macquarie University. Mengingat perkembangan teknologi informasi yang sedemikian pesat membuat kebutuhan tenaga profesional dibidang keamanan siber bakal meningkat pesat. Para pakar menyebutkan sedikitnya satu juta lowongan kerja dibidang Cyber Security tidak terisi di seluruh dunia.
Selain bidang keamanan siber, Macquarie University juga membuka program studi yang memang sangat dibutuhkan dunia seperti Aktuaria dan Analitik serta Hukum Lingkungan. Dalam kasus-kasus seperti kebakaran hutan, polusi tambang, dan lainnya, Indonesia membutuhkan SDM yang handal dalam bidang Hukum Lingkungan.
“Kasus kandasnya kapal pesiar Inggris di Raja Ampat yang merusak ribuan hektar terumbu karang, tanpa ada ahli hukum lingkungan, Indonesia hanya akan mendapatkan uang kerohiman,” jelas Prof Shawkat Ala, pakar Hukum Lingkungan di Macqurie University.
Pun dibiang aktuaria dan analitik. Saat ini Indonesia juga membutuhkan aktuaris cukup banyak. Persatuan Aktuaris Indonesia menyebutkan untuk beberapa tahun ke depan Indonesia membutuhkan setidaknya 1.805 Aktuaris. Data 2016 menunjukkan baru ada sekitar 500 Aktuaris di Indonesia sehingga kebutuhan Aktuaris sebagian besar diisi oleh Aktuaris asing dengan gaji selangit.
Pos Kota
0 komentar :
Posting Komentar