Sebelah kanan panitia prona desa sukatani saat diwawancara media |
“Apa, mau tanya apa, gak usah nanya, paling ujung-ujungnya duit,” ungkap panitia prona Desa Sukatani, H.Eni dengan nada tinggi, Senin (24/4).
Menurut Eni, kehadiran wartawan hanya sebatas mencari kesalahan serta menakut-nakuti dengan dalih akan diberitakan dan ujungnya hanya minta duit. Diakui Eni, prona didesanya terdapat pungutan sebesar Rp 500 ribu untuk satu bidang tanah yang akan disertifikatkan.
Pungutan tersebut sebagai partisipasi warga selaku peserta untuk kelangsungan program, hal itu dilakukan merupakan hasil koordinasi dengan beliau-beliau yang ada dikabupaten.
“Uang tersebut digunakan untuk biaya materai, patok dan operasional. Itupun baru sebagian kecil uang yang sudah masuk. Sementara anggaran yang dibutuhkan tidak sedikit. Sangat tidak mungkin, tanpa uang program ini berjalan lancar,” katanya.
Eni menambahkan, sebanyak 600 bidang merupakan jatah yang diberikan BPN Karawang bagi desa sukatani untuk prona tahun 2017 sekarang. Itupun baru ada sekitar 200 bidang, sisanya masih dalam pengumpulan berkas. Persyaratan utama yang diperlukan antara lain surat akta tanah, tanpa itu tidak akan dilayani.
“Saya mohon maap, kalau tadi sempat emosi. Maklum lagi kurang enak badan,” pungkasnya.
Forum Wartawan Cilamaya, Zakaria menyayangkan atas sikap panitia prona yang arogan mudah memandang orang dengan sebelah mata. Padahal, tidak seharusnya bersikap demikian. Wartawan mempunyai tugas sebagai kontrol. Jadi tidak perlu alergi dengan kedatangan media.
“Gak harus pakai cara seperti itu. Jadi kesannya seperti arogan. Apa salahnya bersikap baik. Jadi kaya yang punya salah, ujug-ujug marah,” katanya.
Pewarta: irw/hendr
0 komentar :
Posting Komentar