WWW.JURNAL MEDIA INDONESIA.COM

Mahasiswa Galak Lagi

JUMAT, 13 JANUARI 2017 | 10:15 WIB
Balai Kota Solo kembali didatangi oleh ratusan mahasiswa yang unjuk rasa, Senin (09/01/2017).
Jakarta, JURNALMEDIAIndonesia.com - Anggapan mahasiswa sekarang sedang loyo seperti macan ompong tak sepenuhnya benar. Buktinya, ribuan mahasiswa di seluruh Indonesia, kemarin kompak menggelar aksi besar-besaran untuk mengritisi kebijakan Presiden Jokowi yang dianggap menyengsarakan rakyat. Lama hibernasi, mahasiswa sudah mulai galak lagi.

Mahasiswa yang turun ke jalan itu berasal dari sejumlah elemen yang tergabung dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM-SI). Unjuk rasa mengusung tema Aksi Bela Rakyat #121. Setidaknya, ada 19 daerah di Tanah Air yang menggelar aksi serupa. Mulai dari Aceh, Padang, Pekanbaru, Jakarta, Bandung, hingga ke daerah bagian timur Indoenesia seperti Mataram, Gorontalo, dan Merauke. Aksi diberbagai daerah itu digelar di depan gedung Kantor DPRD masing-masing.

Di Jakarta, aksi dipusatkan di Taman Pandang, depan Istana Merdeka. Sekitar pukul 2 siang, BEM Se-Jabodetabek mulai berdatangan ke titik kumpul di sekitaran Patung Kuda. Dari sana, ratusan mahasiswa yang mengenakan jaket almamater dari berbagai kampus di Jabodetabek itu kemudian longmarch ke depan Istana. Peserta membawa spanduk dan mengibar-ngibarkan bendera. Mereka juga membawa replika keranda dan replika mayat yang sudah dibungkus kain kafan sebagai simbol matinya hati nurani pemimpin.

Di sini, peserta aksi orasi bergantian. Sempat terjadi dorong-dorongan pada sore hari. Mahasiswa nekat bertahan hingga pukul 7 malam. Padahal sesuai ketentuan batas demontrasi mesti berakhir tepat pukul 6 petang. Polisi minta mahasiswa membubarkan diri, namun mahasiswa bertahan dan menuntut bertemu langsung dengan Jokowi. Namun tuntutan itu tidak terlaksana hingga massa membubarkan diri.

Pengamanan aksi ini terbilang cukup ketat. Polisi menyiagakan lebih dari lima ribu personel. Selain itu di lokasi ada juga kendaraan water cannon dan polisi-polisi berkuda yang bersiaga di depan Istana.

Koordinator aksi Ihsan Munawar mengatakan, aksi ini digelar untuk mengkritisi berbagai kebijakan pemerintah yang dianggap memberatkan rakyat. Misalnya menaikkan tarif mengurus STNK dan BPKB, menaikkan harga BBM dan tarif listrik golongan 900VA. Selain itu, pemerintah dianggap saling lempar tanggung jawab dengan kebijakan yang dibuatnya. Menurut dia, berbagai kebijakan itu dianggap sebagai kado pahit untuk rakyat. Karena itu, dia meminta Jokowi segera mencabut PP soal kenaikan tarif tersebut. Kecewa tidak berhasil menemui Jokowi, dia mengancam akan menggelar aksi serupa. "Jika tidak ada perbaikan, lihat saja di aksi selanjutnya, akan lebih ganas dan dahsyat dari pada hari ini," kata Ihsan.

Di tempat berbeda, Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah mengatakan, gerakan mahasiswa muncul dilatari adanya bentuk kegelisahan mahasiswa menyaksika rakyat yang semakin menderita karena berbagai kebijakkan pemerintah menaikkan harga semaunya sendiri. Fahri memastikan aksi tersebut adalah aksi spontan, bukan berasal dari massa bayaran. "Mereka tampil atas panggilan zaman atas situasi yang berkembang tiba-tiba, tidak terencana. Itu bersumber dari kegelisahan yang independen," kata Fahri yang juga bekas aktivis tersebut.

Menghadapi aksi macam ini, Fahri minta pemerintah tidak khawatir atau justru panik. Menghadapi ini, pemerintah hanya perlu menjawab kritikan dengan bukti dan kerja nyata memperbaiki. Kalau mahasiswa sudah mendapatkan jawaban dari pemerintah, tuntutan akan mereda. "Mahasiswa itu tidak ada pretensi politik. Mereka bekerja dengan apa yang mereka lihat di lapangan," ujarnya.

Pengamat politik yang juga Direktur Eksekutif Voxpol Center Pangi Syarwi Chaniago mengapresiasi aksi turun ke jalan yang digelar mahasiswa kemarin. Menurut dia, aksi tersebut telah membuktikan bahwa mahasiswa tidak loyo di rezim Jokowi-JK.

Maklum saja, selama ini ada anggapan dari berbagai pihak kalau mahasiswa sekarang sering tiarap menghadapi berbagai kebijakan yang tidak pro rakyat. Padahal peran mahasiswa untuk mengingatkan dan mengritik pemerintah sangat diharapkan. "Mahasiswa adalah agent of change, agent of control, jangan hanya sibuk pustaka, kampus dan kos. Namun, tugas mahasiswa juga kritis dan aktif mengawal kebijakan pemerintah yang mulai sesuka hati menaikkan tarif dan harga lainnya," kata Pangi, saat dikontak, kemarin.

Dengan adanya aksi turun ke jalan 121 ini, sambung Pangi, kembali menimbulkan secercah harapan bahwa gerakan mahasiswa masih berada di barisan rakyat untuk menentang segala kebijakan pemerintah yang tidak pro rakyat.

rmol.com
Share on Google Plus

0 komentar :

Posting Komentar

BERITA TERKINI

Pisah Sambut Kepala Lembaga Pemasyarakatan (Kalapas) Kelas IIA Subang dari Kalapas Lama Nanank Syamsudin ke Kalapas Baru Gatot Haris Saputra

SUBANG, JMI - Pisah sambut Kepala Lembaga Pemasyarakatan (Kalapas) Kelas IIA Subang Dari Kalapas lama Nanank syamsudin ke kalapas yang baru...