WWW.JURNAL MEDIA INDONESIA.COM

Polri Sebut Pelibatan Perempuan dalam Aksi Bom Strategi Baru Teroris

JUMAT, 16 DESEMBER 2016 | 11:10 WIB
Kepala Divisi Humas Polri Irjen Pol Boy Rafli Amar
Jakarta, JURNALMEDIAIndonesia.com - Kepala Divisi Humas Polri Inspektur Jenderal Boy Rafli Amar mengatakan, kelompok teroris kerap memanfaatkan perempuan untuk menjalankan aksi.

Salah satunya kelompok bom Bekasi yang menjadikan perempuan bernama Dian Yulia Novi sebagai "pengantin" atau pelaku bom bunuh diri. Rencananya, Dian meledakan diri di kompleks Istana kepresidenan.

Untungnya rencana itu tak sempat terealisasi karena Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri lebih dulu menangkap jaringan Dian.

"Kelompok teror gunakan wanita biar tidak dicurigai. Padahal di balik itu ada rencana aksi," ujar Boy di kompleks Mabes Polri, Jakarta, Jumat (16/12/2016).

Kepolisian cukup terkejut dengan peran langsung Dian sebagai "pengantin". Karena biasanya, perempuan berada di balik layar. Misalnya, seperti istri-istri anggota kelompok Mujahiddin Indonesia Timur di Poso.

Boy mengatakan, perempuan cenderung lebih mudah diterima dan berbaur di masyarakat. Selain itu, sosok perempuan lebih tak dicurigai sebagai pelakon aksi teror karena umumnya teroris merupakan laki-laki.

"Itu strategi dalam rangka mengelabui obyek yang jadi sasaran, seolah wanita simbol kedamaian, berikan situasi yang menyejukkan, tapi dimanfaatkan," kata Boy.

Salah satu contohnya yakni bom kalung bunga yang menewaskan mantan Perdana Menteri India Rajiv Gandhi. Seorang perempuan mengalungkan bunga yang berisi rangkaian bom ke leher Rajiv.

Menurut Boy, banyak modus kelompok teroris untuk merekrut perempuan menjadi bagian dari mereka.

Pendekatannya bisa dengan kegiatan pergaulan normal sehari-hati, sering berkomunikasi, lalu pelan-pelan memasukkan rencana amaliyah dengan mengenalkan dalil agama yang keliru.

"Bisa melalui perantara wanita, kemudian bisa jadi dengan modus pernikahan yang ternyata ada niat lain di baliknya," kata Boy.

Oleh karena itu, Polri meminta peran serta masyarakat dalam proses pencegahan. Mulai dari lingkungan keluarga, tokoh agama, dan tokoh masyarakat untuk membentengi perempuan dari pengaruh radikal yang kuat untuk perekrutan.

"Seperti yang dialami Dian, dia sangat terpengaruh dengan ajakan sehingga pola pikirnya berubah. Ini membahayakan dirinya sendiri dan orang lain," kata Boy.

Polri mengungkap keberadaan kelompok terorisme yang hendak mengebom Istana Kepresidenan. Bom yang sudah dirakit ditemukan di Bekasi.

Seusai penemuan bom tersebut, Densus 88 Antiteror Polri menangkap 12 tersangka di tempat berbeda.
KOMPAS.com
Share on Google Plus

0 komentar :

Posting Komentar

BERITA TERKINI

Moeldoko Center DPD DAN DPC Provinsi Bali Berbagi Kebahagiaan Akhir Tahun

BALI, JMI - Dalam semangat Natal dan akhir tahun, Moeldoko Center DPD dan DPC Di 3 Kabupaten Provinsi Bali hadir untuk menyebarkan cinta dan...