Selama 20 tahun, sepasang ondel-ondel menemani dalam mencari nafkah menyusuri kerasnya jalanan Ibu Kota, Rabu (30/11/2016) |
Pardi merupakan satu dari sekian banyak warga di Ibu Kota yang menggantungkan hidupnya dari usaha ondel-ondel.
Sepasang ondel-ondel selama 20 tahun setia menemaninya mencari nafkah. Laki-laki berusia 56 tahun ini bahkan sudah mengelilingi hampir seluruh wilayah Ibu Kota.
Ribuan kilo telah ditempuhnya sambil memainkan musik mengiringi ondel-ondel yang sedang bergoyang. Pardi mengatakan, tuntutan memenuhi kebutuhan hidup membuat dirinya menjalani profesi ini.
Berawal dari ikut-ikut teman, Pardi melihat usaha ini cukup menguntungkan untuk mencari nafkah bagi dirinya yang tak lulus SMP. Pardi lalu mencoba membuat ondel-ondel miliknya sendiri.
Selain itu, Pardi mulai merekrut anak-anak jalanan untuk bekerja bersamanya.
"Ya nambah-nambah uang mereka (anak jalanan), kalau saya paling berapa ngambilnya (uang)," ujar Pardi kepada Kompas.com di Jakarta Pusat, Rabu (30/11/2016).
Biasanya, Pardi dan anggotanya mencari nafkah dengan ngamen sambil membawa ondel-ondel menyusuri ruas jalan Ibu Kota. Pardi merupakan warga Jakarta Pusat. Namun, seluruh jalanan Ibu Kota pernah ia telusuri.
Pardi menyampaikan, pendapatan sebagai pengusaha ondel-ondel tidaklah menentu. Dari hasil ngamen, ia dalam sehari pernah mendapatkan Rp 500.000. Namun, kadang perolehannya tak pula lebih dari Rp 100.000.
Uang itu dibagikan kepada anggotanya yang sebanyak 15-20 orang. Adapun Pardi hanya mendapatkan Rp 30.000 dari setiap pendapatan per hari.
Rezeki di Pilkada
Pilkada DKI 2017 membawa keberkahan sendiri bagi Pardi. Beberapa kali ondel-ondelnya diminta untuk mengiringi kedatangan calon gubernur-calon wakil gubernur DKI yang sedang menarik simpati warga di sebuah daerah.
Pardi memberikan tarif Rp 300.000 untuk sekali menyewa jasanya. Yang harus dilakukan hanya memainkan ondel-ondel ketika si penyewa jasa datang, dan kembali memainkannya ketika penyewa jasa pulang.
Pardi membandingkan pendapatannya ketika Pilkada DKI 2017 dan Pilpres 2014. Pada Pilkada kali ini, jasanya bisa dipakai dua sampai tiga kali per bulan. Namun, saat pilpres, jasa ondel-ondel Pardi bisa digunakan minimal lima kali per bulan.
Mencari nafkah dengan mengandalkan ondel-ondel bukan tanpa hambatan. Tak jarang Pardi harus adu mulut dengan satpol PP yang sedang melakukan razia. Sering pula ondel-ondel miliknya diangkut oleh petugas.
Untuk mengeluarkan kembali sumber nafkahnya itu, Pardi terpaksa mengeluarkan uang tebusan sebesar Rp 300.000. Uang itu belum termasuk mengeluarkan anggotanya yang terjaring razia.
Minimal, Rp 600.000 harus dikeluarkan Pardi. Pardi mengatakan, mencari nafkah di jalanan harus "pintar-pintar". Tak jarang dia menghubungi temannya yang merupakan seorang petugas satpol PP untuk memberi tahu kapan saja razia dilakukan.
"Kalau di jalanan gini enggak bisa pakai otot, kita kalah. Harus cerdik. Mata juga harus awas," ujar Pardi.
Pardi mengaku heran dengan pemerintah yang sering melakukan razia. Padahal, menurut dia, apa yang dilakukan Pardi hanya mencari nafkah tanpa mengganggu orang lain. Namun, Pardi mengaku tak menyesal menjalani profesi ini.
Selain mencari nafkah, Pardi yang asli Betawi ini dengan caranya sendiri ingin terus melestarikan kebudayaan Betawi.
"Dari dulu sampai sekarang enggak ada bedanya. Semua orang masih suka dengan ondel-ondel dan musiknya," ujar Pardi. KOMPAS.com
0 komentar :
Posting Komentar