Ilustrasi - Uang kertas rupiah baru tahun emisi 2016 |
Jumlah pasokan uang tunai itu meningkat 10 persen dibandingkan antisipasi pada 2015 yang sebesar Rp85,6 triliun meskipun transaksi non-tunai masyarakat juga terus menggeliat, kata pejabat Bank Indonesia di Jakarta, Rabu.
"Meski mulai banyak transaksi non-tunai, karena pemulihan kondisi ekonomi, kebutuhan uang tunai masyarakat juga masih banyak," kata Deputi Direktur Departemen Pengelolaan Uang BI, Yudi Harymukti.
Bank Sentral, kata Yudi, mengestimasi kebutuhan penarikan uang tunai meningkat 3-10 persen karena beberapa faktor. Pertama, jumlah hari libur pada Desember 2016 sebanyak sembilan hari, lebih banyak dibandingkan 2015 yang sebanyak tujuh hari.
Kedua, kata Yudi, gencarnya pencairan anggaran pemerintah pusat, pemerintah daerah dan pihak swasta.
Selain itu, faktor ketiga, karena mulai beredarnya 11 pecahan ang rupiah baru tahun emisi 2016, BI memperkirakan penarikan uang tunai akan meningkat.
"Penyebab keempat karena penambahan titik dan frekuensi penukaran baik dari BI maupun perbankan," ujarnya.
Peningkatan pasokan uang tunai pada tahun ini sesuai dengan rata-rata tren tahunan pada 10 tahun terakhir yakni sebesar 12,8 persen.
Yudi menerangkan untuk persebaran pasokan uang tunai, BI memperkirakan masih akan terpusat di Kantor Pusat BI di Jakarta yakni sebesar 28 persen. Kemudian, di Jawa sebesar 24 persen, dan Sumatera sebesar 10 persen.
"Jika di Kalimantan, kita perkirakan kebutuhannya sebesar Rp8,5 triliun, Sulawesi, Maluku dan Papua, sebesar Rp12,6 triiun, Bali dan Nusa Tenggara sebesar Rp4,3 triliun," kata dia.
Sementara untuk pecahannya, pecahan di atas Rp20 ribu sebanyak 98 persen, sedangkan uang pecahan kecil atau di bawah Rp20 ribu sebesar dua persen.
(ANTARA News)
0 komentar :
Posting Komentar