WWW.JURNAL MEDIA INDONESIA.COM

Kampung-kampung Kreatif Pinggir Brantas

SENIN, 19 SEPTEMBER 2016 | 16:19 WIB 
 
Lanskap perkampungan pinggir kali Kelurahan Jodipan, Kecamatan Blimbing, Kota Malang, Jawa Timur, Jumat (15/7/2016)


Malang, JURNALMEDIAIndonesia.com - Sepintas, angan mengembara pada gambaran keindahan alam surgawi, pasir putih, laut biru, atau hijaunya pegunungan. Namun, wisata kali ini berbeda karena bukan keindahan alam yang ditonjolkan, melainkan ide kreatif yang dipamerkan.

Sejak sekitar dua bulan lalu, Kota Malang, Jawa Timur, memiliki lokasi wisata baru yang cukup unik. Tempat wisata itu dikenal sebagai wisata pinggir Sungai Brantas yang dikenal dengan sebutan "Kampung Warna-Warni" dan "Kampung Tiga Dimensi" (3D).

Model wisata di sini berbeda dengan tempat wisata lain yang menyajikan keindahan alam. Di kampung pinggir kali ini, wisatawan disuguhi keindahan cat warna-warni yang memoles tembok dan atap rumah warga.

Wisatawan juga bisa melihat gambar 3D aneka tema yang dilukis di tembok rumah, jalan, serta dinding pagar rumah warga. Pengunjung tak peduli meski harus menerabas dan menyusuri gang-gang sempit rumah warga untuk menemukan lukisan 3D di sana.

Pengunjung bisa mengambil foto dengan latar belakang aneka lukisan dan warna-warni cat. Keindahan itulah yang menjadi pesona pengunjung. Wajar jika di kawasan itu jumlah wisatawan bisa mencapai maksimal 1.000 orang dalam sehari, puncak kunjungan hari Sabtu dan Minggu.

Kampung 3D adalah kampung di Kelurahan Kesatrian, Kecamatan Blimbing, Kota Malang, yang terdiri dari empat RT, yaitu RT 001, 002, 003, dan 004, di RW 012. Kampung ini berada di sisi utara Sungai Brantas.

Disebut Kampung 3D karena kampung berpenduduk 400 keluarga itu terdapat lukisan 3D dengan puluhan karakter. Lukisannya bertema alam, budaya, olahraga, anak-anak, dan remaja yang dibuat oleh warga setempat. Sehari-hari, mereka bekerja sebagai penggambar dengan menggunakan airbrush.

"Awalnya, saya hanya iseng- iseng menggambar 7 karakter. Lama-lama, banyak orang yang suka dan meminta tembok rumahnya juga digambar," kata Eddy Supriyanto (34), penggagas Kampung 3D, pemuda asli kampung tersebut, Senin (5/9).

Banyak orang yang datang ke sini senang, dan mengunggah fotonya ke media sosal, kata Eddy, akhirnya sponsor mulai berdatangan. Awalnya, biaya cat dari saya sendiri, kini sudah ada sponsor dari perusahaan cat PT Inti Daya Guna Aneka Warna.

Saat ini, dialokasikan 5 ton cat untuk menyelesaikan 80 karakter lukisan aneka tema dan untuk mengecat rumah-rumah warga. Diharapkan, Desember 2016, Kampung 3D sudah benar-benar penuh dengan lukisan 3D.

Saat ini, baru ada 25 karakter 3D yang sudah bisa dinikmati warga dan pengunjung. Gambar ikan hiu, mulut manusia menganga, keindahan alam, tebing retak, putri Elsa dalam film Frozen, ikan Nemo, dan beberapa gambar lain. Lukisan itu digarap sejak Agustus 2016.

Pengunjung kampung 3D berasal dari dalam kota hingga luar kota, seperti Banyuwangi, Mojokerto, Blitar, dan Surabaya.

"Kami tidak menyangka apresiasi begitu besar. Bahkan, ada rombongan datang ke sini dengan bus. Di tempat kami ini, sulit mencari lahan parkir. Melihat perkembangan yang ada, kami akan bekerja sama dengan beberapa pihak yang mungkin menjadi lahan parkir," kata Eddy.

Warna-warni

Tidak jauh berbeda dari Kampung 3D adalah Kampung Warna-Warni. Kampung ini tepatnya di RT 006, 007, dan 008, RW 002, Kelurahan Jodipan, Kecamatan Blimbing.

Kampung yang berada di sisi selatan Sungai Brantas disebut Kampung Warna-Warni karena rumah di kampung ini dicat warna-warni mencolok dan indah, mulai dari tembok hingga genting. Gang sempit rumah warga pun dicat dan diberi ornamen bunga.

Kampung Warna-Warni muncul lebih dahulu dibanding Kampung 3D. Kampung ini tercipta atas ide sekelompok mahasiswa Hubungan Publik Universitas Muhammadiyah Malang-bernama kelompok Guyspro. Kelompok ini berusaha menyelesaikan tugas praktikum mata kuliah Manajemen Iklan. Tugas praktikum itu dimaksudkan bisa menjadi agensi iklan yang harus bisa menjembatani kebutuhan klien (pengiklan).

Mereka bekerja sama dengan perusahaan cat PT Inti Daya Guna Aneka Warna yang memanfaatkan dana tanggung jawab sosial perusahaan. Riset dilakukan oleh tim, dan terpilihlah Kampung Jodipan yang selama ini dikenal sebagai satu dari 11 desa kumuh di Indonesia.

Akhir Mei, program dimulai, bulan Juni dicat, dan pertengahan Agustus 2016 pengecatan 90 rumah di sana tuntas yang menghabiskan 3 ton cat.

"Kami ingin menawarkan keindahan dahulu di kampung yang selama ini disebut kumuh. Warga setuju dengan program itu. Wajah kampung kini sudah berubah menjadi tempat wisata baru di Kota Malang," kata Nabila Firdausiyah, koordinator lapangan Guyspro. Teman Nabila lain adalah Dinni, Wahyu, Ahmad, Fahd, Salis, Elmi, dan Ira.

Ekonomi bergerak

Sejak jadi kampung wisata, kawasan itu ramai didatangi pengunjung dari berbagai kota. Ekonomi warga pun bergerak dan tidak ada lagi pengangguran. Setidaknya yang dulu menganggur, kini berprofesi sebagai tukang parkir. Ibu-ibu rumah tangga yang selama ini hanya bisa ngerumpi dan sambat (mengeluh) karena tak punya tambahan uang, kini membuka kios di rumah, berjualan makanan dan minuman ringan bagi para pengunjung.

"Sudah banyak perubahan di kampung ini. Hal yang paling mencolok, warga mulai menjaga kebersihan. Mereka tak lagi sembarangan membuang sampah ke sungai. Mereka punya usaha sehingga suasana kampung jadi hidup. Banyak orang jadi wirausaha baru," kata Agus Prayitno, Ketua RT 001 Kampung 3D.

Sutik, warga RW 012, Kelurahan Kesatrian, saat ini tidak lagi kerjanya hanya nongkrong di ujung gang kampungnya. Ia kini bersama teman-temannya bertugas mengelola parkir pengunjung, tarifnya Rp 2.000 per sepeda. "Sekarang, pengunjung makin ramai karena gambar 3D terus bertambah. Dalam sehari, sedikitnya 100 orang berkunjung kesini," kata Sutik.

Kampung 3D dan Kampung Warna-Warni dipisahkan oleh Sungai Brantas. Namun, ide dan semangat untuk mentas dari kekumuhan tetap bertautan.

Dalam sejarahnya, kedua kampung memang berkaitan. Kampung Warna-Warni dan Kampung 3D bukan kampung baru di Kota Malang. Keduanya merupakan wilayah perkampungan Jodipan, saat pusat pemerintahan Kadipaten Malang yang berlokasi di Madyopuro, tahun 1767 direlokasi ke seberang barat Sungai Brantas dan Bango.

Meski terpisah Sungai Bratas, kawasan Jodipan Selatan dan Utara dihubungkan oleh jembatan yang dikenal sebagai Buk Gludug. Buk Gludug sekaligus menjadi jalur poros perdana di Malang, pasca masa Hindu-Buddha.

Kampung 3D selama ini disebut sebagai Kampung Ledok Temenggungan. Pada masa Hindu-Buddha, di Kampung Ledok ditemukan sebuah arca Siwa, dua arca raksasa, sebuah arca Garuda, sebuah arca naga, dan lumpang kenteng.

Diduga, di tempat itu, dahulu, terdapat Candi Hindu Siwa. (Wanwacarita Kesejarahan Desa- Desa Kuno di Kota Malang, 2013). Berabad-abad setelahnya, kedua kampung itu tetap bertautan kreativitas. Mencoba membalikkan keadaan dari cap kumuh menjadi cap kreatif.

Wali Kota Malang Mochammad Anton menganggap munculnya kampung-kampung tersebut sebagai bentuk kreativitas masyarakat sesungguhnya.

"Kreativitas berbasis potensi lokal ini bermanfaat bagi banyak orang. Bukan hanya bagi warga setempat, melainkan juga benar-benar mewujudkan kota kreatif yang berbasis kerakyatan. Hal seperti ini bisa meningkatkan nilai tambah dan daya saing daerah," kata Anton.

Tidak ingin berhenti hanya menyajikan keindahan lukisan, warga Kampung 3D juga ingin mengemas kampung mereka lebih kreatif lagi. Eddy dan teman- temannya berencana menjadwalkan pentas musik perkusi dan workshop airbrush setiap akhir pekan.

Hal itu agar pengunjung tidak kecewa, karena tidak sekadar pulang membawa foto semata. Mereka juga bisa mendapat hiburan, bahkan pengetahuan tentang airbrush. Kreativitas ala warga kampung pun terus mengalir. (DAHLIA IRAWATI
Share on Google Plus

0 komentar :

Posting Komentar

BERITA TERKINI

Kekecewaan Megawati soal Pilkada Serentak 2024, Ini Pernyataan Lengkapnya

Merasa Kecewa, Ini Pernyataan Lengkap Megawati soal Pilkada Serentak 2024 Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Megawat...