WWW.JURNAL MEDIA INDONESIA.COM

Atletik DKI Sempat Krisis Atlet

KAMIS, 29 SEPTEMBER 2016 | 11:32 WIB
Atlet DKI Jakarta
JURNALMEDIAIndonesia.com - Kesuksesan tim atletik DKI meraih juara umum di PON XIX Jawa Barat dengan perolehan 15 medali emas 2 perak dan 1 perunggu merupakan kebangkitan atletik DKI.

Pada PON XVIII tahun 2008, DKI meraih lima emas. Kemudian di PON XVIII/2012 meningkat dengan perolehan enam emas. Tahun ini, atletik DKI bangkit dengan menyabet 15 medali emas.

Jauh sebelum kebangkitannya, atletik DKI sempat mengalami krisis atlet. Sebagai dosen atletik program studi pendidikan olahraga FIK UNJ dan juga bagian dari tim teknis kontingen DKI, Mustara Musa berpikir keras.

Mustara mengamati perkembangan atletik sejak 2004 PON di Palembang. Ketika itu, memang banyak atlet DKI meraih emas, namun umurnya sudah terlalu tua. DKI perlu regenerasi. Namun, bagaimana caranya? Sementara tahun itu fenomena di Jakarta sedang booming sekolah sepak bola. Akibatnya, hampir sebagian besar anak-anak Jakarta tidak mau latihan atletik.

Ditambah lagi, kondisi klub tidak begitu produktif. Mati suri, karena, fasilitas dan kompetisi tidak ada. Konsep pembinaan cabor atletik di Jakarta bisa dikatakan tidak ada.

’"Kami mencoba mencari pembinaan yang bisa dilakukan di Jakarta. Dengan mencontoh negara yang sudah berkembang," ujar Mustara.

Model pembinaan pertama dari Amerika. Pendidikan jasmani di sekolah Amerika cukup baik. Sementara, di Jakarta pendidikan olahraga tidak sama dengan Amerika untuk berkembang melalui jalur sekolah. Tidak cocok.

Kemudian, model pembinaan kedua, atletik di Eropa, khususnya Jerman. Tapi, menurut Mustara, di Eropa kemajuan atletiknya berbasis perkumpulan dalam masyarakat. Tentu hal yang tidak mungkin untuk memajukan hal tersebut di Jakarta, sebab klub saja bisa dikatakan mati suri.

"Kami cari alternatif, ketemulah Jamaika. Ketika itu muncul calon-calon pelari dunia. Ditambah lagi pada saat itu kami membaca statement Ketua Umum PB PASI Bob Hasan yang mengatakan, untuk mencari atlet dengan menggunakan pendekatan kecepatan. Sprint. Dari beberapa dasar itu kami mencoba membuat kompetisi sederhana melalui kegiatan pelajar di sekloah," jelasnya.

Di Jamaika majunya atletik dengan menciptakani atmosfir pertandingan. FIK UNJ mencoba membuat semacam uji coba kompetisi atletik kejuaraan bulanan. Mulai dari SD,SMP, SMA dengan nomor pertandingan sprint 60 meter saja.

"Dari situlah muncul atmosfir pembinaan, klub yang ogah-ogahan mulai melatih. Sekolah-sekolah mulai ada. Dari kejuaraan sederhana muncul atlet berbakat dari sekolah," terangnya.

Bulan Januari 2007, kejuaraan atletik bulanan antar pelajar se-DKI Jakarta edisi pertama pun berlangsung. Dari kejuaraan itu, lahirlah atlet berbakat Betaria Sahulata, atas prestasi tersebut, pada babak kualifikasi PON 2008 dia lolos dan bergabung dengan tim estafet DKI di PON 2008 dan meraih medali emas. "Artinya baru satu tahun kami menemukan atlet berbakat."

Kemudian pada tahun 2010, ditemukanlah atlet berbakat, antara lain, Nadia Anggraini, Emilia Nova, hingga Dinda Wahyuni. Pada 2011 Nadia Anggraini menjadi juara III junior Asia lompat tinggi. ’’Ketika menemukan itu kami tambah semangat," lanjutnya.

Tak bisa dilupakan, di UNJ ada PPLM, para atlet PPLM ketika 4- 5 tahun kuliah selesailah jadi atlet. Mereka lulus kuliah, dan menjadi pelatih. Jadi lah atlet-atlet muda seperti Wardoyo (pelatih sprinter), Siga Winowole (lompat tinggi), Fitri Haryadi (sapta lomba). "Mereka bereksperimen mencari atlet berbakat untuk dilatih. Dapatlah, Emilia Nova oleh ongky (Fitri Haryadi), Nadia Anggraini dilatih oleh Siga Winowole."

"Disamping mendapatkan atlet berbakat, kami juga sedang menjadikan para pelatih-pelatih muda yang potensial. Dari kondisi seperti itu, atleti DKI terus berkembang, kompetisi jalan terus, dan ada seleksi untuk pelatda DKI," tuturnya.

Karena itu, tahun ini menjadi momentum tahun pembinaan melalui kompetisi terpadu kejuaraan yang ke 10 tahun. Artinya, jelas Mustara, dari pembinaan seperti itu DKI mendapatkan lapisan.

"Atlet senior terdahulu dapat support juniornya. Dan lapisan kosong terisi oleh atlet kami," bebernya.

Komposisi tim atlet DKI tahun 2016 termasuk lengkap. Karena, data 2012 PON Riau, DKI meloloskan 24 atlet, tahun ini, meloloskan atlet terbanyak dengan jumlah 40 atlet. Tak bisa dipungkiri, selain kesuksesan pembinaan, keberadaan stadion khusus atletik yang tidak dicampurkan cabang lain menjadi satu keuntungan tersendiri bagi DKI.

"Karena disitu kami bisa memanfaatkan fasilitas track and field. Satu-satunya yang tidak dipakai cabor sepak bola ya rawamangun,’" terangnya.
Share on Google Plus

0 komentar :

Posting Komentar

Berita Terkini

Yoba Noviardo/Wakil Sekretaris I DPD Perkumpulan LSM RI-I Provinsi Lampung

Lampung Timur, JMI - Yoba Noviardo/Wakil Sekretaris I DPD Perkumpulan LSM RI-I Provinsi Lampung. Sekedar info :  Belajar hukum ...