SENIN 22 AGUSTUS 2016 | 14:54 WIB
Ilustrasi menaikknya rokok dan harganya |
Jakarta, JMI
Masyarakat di Indonesia sangat
akrab dengan yang namanya rokok, sebagian
masyarakat dari golongan menengah ke bawah hingga menengah ke atas pun
menjadi penikmat rokok. Beberapa masyarakat juga menyebutkan kalau rokok menjadi
teman sejati yang selalu ada menemani di kala kita dalam keadaan suka maupun
duka, bahkan rokok juga sudah menjadi
kebutuhan para ahli hisap (penggila rokok). Bicara soal rokok, bagi para
penikmatnya, rokok selalu menemani
mereka di manapun dan kapanpun, bahkan dalam situasi apapun, baik sedang
bekerja ataupun dalam keadan sedang santai. Namun, bagaimana jika harga rokok nantinya
melangit.
Wacana pemerintah Indonesia yang
ingin menaikan harga rokok menjadi Rp. 50.000 per bungkus yang rencananya akan
di berlakukan pada 1 September nanti mendapat dukungan Ketua DPR RI Ade
Komarudin. Menurut Ade Komarudin, wacana pemerintah akan menaikan harga rokok
dua kali lipat ini sangat berpotensi meningkatkan penerimaan negara.
“Kalau dinaikan harganya, otomatis
penerimaan negara di sektor cukai akan meningkat. Itu artinya menolong APBN
kita supaya lebih sehat di masa yang akan mendatang. Selain itu, usulan pemerintah terkait dengan
rencana kenaikan harga rokok juga akan mengurangi prilaku konsumtif masyarakat
terhadap rokok. Kenaikan harga rokok juga merupakan upaya untuk mengurangi
jumlah perokok yang ada di tengah masyarakat.” Ujar Ade Komarudin
Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot
Saiful Hidayat juga mendukung adanya rencana pemerintah pusat yang ingin
menikan harga rokok menjadi Rp. 50.000 per bungkus. Djarot menilai kalau
nantinya kebijakan ini di jalankan mampu menekan jumlah perokok, terutama perokok
di usia sekolah dan usia produktif.
“wah bagus tuh. Jadi, untuk bisa
menekan para perokok, yah naikan saja. Kasih pajak juga yang tinggi, terutama
untuk rokok yang banyak penggemarnya, nggak apa apa itu.” Tutur Djarot
Setiap kebijakan pasti akan
memiliki dampak positif dan negatif. Djrot pun meminta pemerintah kajian yang
tepat agar mendapatkan solusi terhadap
dampak yang akan timbul, sehingga tidak merugikan masyarakat, terutama para
petani tembakau.
“Tapi dampaknya petani tembakau,
pekerja di perusahaan rokok. Maka dari itu di hitung betul dampak negatif dan
positifnya, bukan hanya pembatasan area perokok tapi juga industri rokok
kreteknya.” Tegas Djarot
Bedanya harga rokok di luar negeri
yang sangat mahal di karenakan tidak adanya pabrik rokok, kalau di Indonesia
selain negara salah satu pengasil tembakau terbesar bahkan pabrik rokok juga
banyak.
“Di luar negeri sudah mahal
banget, karena dia nggak punya pabrik rokok di sana. Tapi di Indonesia berbeda,
jadi tolong ini di kaji betul secara seksama tentang persoalan ini. Saya secara
umum setuju ini diterapkan karena salah satu penyumbang inflasi di Jakarta
adalah rokok.” Tutur Djarot.
( M. Hid )
edittor: Habib
0 komentar :
Posting Komentar