JUM'AT 22 JULI 2016 | 13:35 WIB
SPBU Pertamina |
JMI.Com - Peningkatan produksi minyak dan gas (migas) PT Pertamina (Persero) hingga semester I-2016 menunjukkan komitmen perseroan untuk tetap mempertahankan kinerja sektor hulu di tengah harga komoditas yang masih rendah.
"Saya kira pencapaian tersebut positif, baik bagi perusahaan maupun negara. Di tengah harga rendah dan kecenderungan perusahaan lain menahan produksi, Pertamina tetap komitmen untuk memenuhi kebutuhan migas dalam negeri, ujar Direktur Eksekutif Reforminer Institute Komaidi Notonegoro, Jumat (22/7).
Produksi minyak dan gas Pertamina pada semester I-2016 naik sebesar 12,5 persen menjadi 640.000 barel setara minyak per hari (BOEPD), dibanding periode yang sama 2015 sebesar 569.000 BOEPD. Peningkatan kinerja produksi migas Pertamina disokong kontribusi lapangan di luar negeri, yakni Aljazair, Irak dan Malaysia. Hingga akhir 2016, Pertamina menargetkan produksi migas sebesar 661.000 BOEPD terdiri dari 647.000 BOEPD dari lapangan organik dan 14.000 MBOEPD dari lapangan anorganik.
Total produksi minyak Pertamina sepanjang semester I, baik dari luar negeri maupun lapangan di dalam negeri mencapai 305.000 barel per hari (bph), naik
11,3 persen dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar 274.000 bph. Sementara untuk produksi gas sebesar 1.938 juta kaki kubik per hari (MMSCFD), naik 15,8 persen dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar 1.710 MMSCFD.
Vice President Corporate Communication Pertamina Wianda Pusponegoro, mengatakan kinerja produksi minyak dan gas Pertamina di luar negeri menjadi penyokong utama peningkatan produksi kali ini. "Realisasi produksi Aljazair hingga semester I-2016 mencapai 20.000 bph dan gas 111 MMSCFD. Sementara itu, di Irak produksi minyak mencapai 44.000 bph," kata Wianda.
Selain itu, lapangan minyak Pertamina di Malaysia juga turut memberikan andil dengan menyumbang produksi minyak sebesar 21.000 bph dan gas sebesar 89 MMSCFD.
Di Aljazair, Pertamina tercatat menjadi operator di blok Menzel Lejment North. Serta memiliki hak partisipasi di dua blok lainnya, yakni El Merk dan Ourhoud.
Di Irak, Pertamina memiliki hak partisipasi sebesar 10 persen di Blok West Qurna 1. Sementara di Malaysia, Pertamina memiliki hak partisipasi 18 persen hingga 25,5 persen di Blok SK-309, SK-311, SK-314A, P, K dan Blok H.
Menurut Komaidi, pemerintah perlu mendukung Pertamina untuk tetap mempertahankan, bahkan meningkatkan produksi migasnya. Tidak hanya sekadar diberikan insentif, pemerintah juga harus memperlakukan Pertamina secara fair.
"Karena selama ini Pertamina seringkali mendapatkan penugasan tanpa diperhatikan hak dan kewajibannya," ungkapnya.
Sementara itu, Anggota Komisi VII DPR RI Satya W Yudha mengatakan, Pertamina diusulkan untuk mendapatkan insentif di sektor hulu. Hal ini terutama dikaitkan dengan rencana pemerintah untuk akan menerapkan skema sliding scale terhadap kontrak bagi hasil (Purchase Sharing Contract/PSC). Skema tersebut menetapkan saat harga minyak turun bagian pemerintah berkurang, tujuannya agar tetap kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) tetap berinvestasi.
"Di Pertamina, PSC-nya seperti PT Pertamina EP dan PT Pertamina Hulu Energi, jika dapat sliding scale kan bisa lebih bagus bisa memberikan keuntungan," pungkasnya.
(mrd/red)
0 komentar :
Posting Komentar