Penurunan Tarif Angkutan Picu Deflasi di April
Keputusan perusahaan jasa angkutan yang tergabung dalam Organisasi Angkutan Darat (ORGANDA) ini, merupakan dampak dari keputusan pemerintah yang menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM) mulai 1 April 2016. Penurunan harga BBM terjadi untuk jenis premium maupun solar.
Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, penurunan BBM yang dilanjutkan dengan pemangkasan tarif angkutan akan memberikan andil terhadap deflasi, yang diperkirakan menyentuh 0,25 persen-0,35 persen pada April.
Sebelumnya, Organda memutuskan untuk menurunkan tarif angkutan dalam kota untuk bus kecil sebesar Rp 500, dan bus kota sebesar Rp 300.
Bahkan deflasi bisa lebih lebar lagi, mengingat pada April juga akan terjadi panen raya. Adanya masa panen raya akan membuat harga pangan semakin stabil. "Tapi pemerintah harus mengamati betul suplai komoditas lain," kata Josua, Minggu (3/4/2016).
Sebab, suplai untuk beberapa komoditas lain dalam beberapa waktu belakangan sedikit mengalami masalah. Nah, komoditas yang selama ini bermasalah harus diamati betul pola pendistribusiannya.
Sebelumnya Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara mengatakan, inflasi harus dijaga hingga akhir tahun tidak boleh lebih dari 4,5 persen. Sementara target pemerintah sendiri dalam APBN 2016 untuk laju inflasi sebesar 4,7 persen.
Meskipun 4,5 persen di bawah target pemerintah, tetapi jika dibandingkan tahun lalu jauh lebih tinggi. Realisasi inflasi tahun 2015 lalu sebesar 3,3 persen.
Sementara menteri koordinato bidang perekonomian menegaskan, pemerintah akan terus menjaga kenaikan harga pangan. Inflasi menjadi salah satu alsaan pemerintah mengapa tidak menurunkan harga BBM menjadi sama dengan harga keekonomian.
Sebab, jika tiba-tiba harga minyak dunia kembali naik, maka harga bbm kembali harus disesuaikan. Sekecil apapun kenaikan harga BBM, dampak inflasinya akan jaug lebih besar dari pengaruhnya terhadap deflasi ketika turun.
(asep/kps/red)
0 komentar :
Posting Komentar